Pemkab Bojonegoro Gelar Pelatihan Pengolahan Pangan Alternatif Bagi Kader PKK

admin
Fb Img 1718813389309

BOJONEGORO-

Para kader penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Bojonegoro mendapat pelatihan pengolahan pangan alternatif berbahan dasar tepung mocaf atau tepung dari singkong. Pelatihan yang digelar Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian ini dilaksanakan di gedung PKK Pemkab Bojonegoro, Senin (19/06/2024).

Pj Ketua PKK Bojonegoro Dian Adiyanti Adriyanto saat membuka pelatihan menyampaikan bahwa kegiatan ini sesuai program pemerintah pusat. Yakni mengajak para peserta PKK untuk mengurangi mengonsumsi beras dan tepung terigu. Cara memulainya dengan membiasakan diri mengonsumsi bahan pangan alternatif lokal seperti tepung mocaf atau tepung dari singkong maupun dari ubi jalar lain.

“Dengan pelatihan ini diharapkan ibu PKK semakin menambah wawasan dalam menciptakan olahan pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman di dalam menu harian keluarga,” ucapnya.

Dian Adiyanti juga menuturkan pelatihan tidak hanya sampai pada tahap kemampuan olah pangan. Namun bisa dijadikan sebagai usaha, sehingga menjadi penghasilan tambahan bagi keluarga.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bojonegoro Helmy Elizabeth mengatakan salah satu target dalam rencana strategis dinasnya adalah skor PPH (Pola Pangan Harapan) konsumsi. Yakni gambaran keanekaragaman pangan yang dikonsumsi di suatu wilayah.

Pada tahun 2023 lalu, pencapaian skor PPH konsumsi Bojonegoro di angka 85,9. Dari skor PPH tersebut sebagian besar masih didominasi oleh beras sebagai sumber karbohidrat. “Sedangkan yang perlu ditingkatkan adalah konsumsi sayur, buah dan pangan hewani,” tuturnya.

Lebih lanjut Helmy Elizabeth menjelaskan skor PPH konsumsi selain melihat keragaman pangan yang dikonsumsi juga melihat ketersediaan komoditas pertanian yang diproduksi. Kabupaten Bojonegoro termasuk penghasil padi terbesar nomor tiga se-Jawa Timur dan menjadi penyangga lumbung pangan nasional di tahun 2023. Bojonegoro tercatat produksi kedelai nomor satu se-Jawa Timur. Angka ini sesuai data BPS dan Bank Indonesia pada saat kegiatan kunjungan Kementerian Keuangan di Bojonegoro.

“Hal ini menunjukkan Kabupaten Bojonegoro menjadi barometer di sektor pertanian,” jelasnya.

Helmy juga menambahkan sebagai upaya mendukung program pemerintah pusat untuk mengurangi beras dan terigu 1,5% setiap tahun, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bojonegoro menyelenggarakan pelatihan olahan pangan dengan bahan baku non beras. Salah satunya dari tepung singkong. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *